Bersama JP2GI, GAIN Dukung Peningkatan Edukasi tentang Susut Pangan

Sabtu, 12 September 2020 - 14:02 WIB
loading...
Bersama JP2GI, GAIN...
JP2GI dan Gain terus berupaya mengurangi susut pangan dan mengurangi limbah ikan dari masyarakat. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Tantangan keamanan pangan dan gizi di banyak negara begitu signifikan akibat dampak pandemi Covid-19 . Diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar , termasuk di Indonesia menyebabkan terjadinya berbagai hal, salah satunya pergeseran kebiasaan membeli makanan yang membuat semakin besarnya susut hasil dan limbah pangan (food loss and waste) bergizi.

(Baca juga: One Million Stars Sajikan 11 Recycle Lagu Terbesar di Indonesia )

Menyambut Hari Kesadaran Susut dan Limbah Pangan Sedunia (International Day of Awareness of Food Loss and Waste) pada 29 September 2020, GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition) Indonesia berupaya meningkatkan kesadaran untuk mengurangi susut dan limbah pangan agar dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia .

Bersama Jejaring Pasca-Panen untuk Indonesia (JP2GI), GAIN mendukung upaya meningkatkan pengetahuan dan pembelajaran tentang susut hasil pascapanen serta upaya pengurangannya untuk perbaikan gizi masyarakat dan menata jalur distribusi dan pasar agar lebih baik, khususnya di bidang perikanan. Sejak Agustus lalu, JP2GI melakukan serial webinar bulanan rutin untuk meningkatkan kesadaran tentang Susut Paska Panen (Post-Harvest Loss–PHL). Kegiatan ini pun diikuti lebih dari 4.000 pelaku sektor gizi dan perikanan. Rekaman rangkaian webinar tersebut bisa disaksikan melalui channel Youtube JP2GI Official.

Sebagai organisasi yang bertujuan untuk membantu mengurangi masalah malnutrisi, GAIN bekerjasama pemerintah, pihak swasta, dan organisasi masyarakat berupaya memperbaiki sistem pangan agar dapat menyediakan makanan yang lebih bergizi untuk semua orang, terutama masyarakat rentan.

Menurut County Director GAIN Indonesia, Ravi Menon, setiap tahunnya hampir sepertiga pangan yang diproduksi atau sekitar 1,3 miliar ton susut dan menjadi limbah (lost and wasted). Bahkan berdasarkan komoditas, susut dan limbah pangan dari diproduksi hingga dikonsumsi diperkirakan 40% untuk buah dan sayur, 30% untuk ikan, 30% untuk sereal, dan 20% untuk biji-bijian, daging, dan produk susu.

"Tahun 2017, kami melakukan studi kasus di Jawa Timur, menggunakan proxy ikan tongkol. Kami memperkirakan susut setelah ikan didaratkan hingga sampai ke konsumen mencapai 25 persen atau 75.000-125.000 ton/tahun. Jumlah ini setara dengan susut nilai gizi ikan sekitar 16.500-27.500 ton protein/tahun, yang dapat memenuhi kebutuhan 2,7-4,4 juta anak di Indonesia. Jumlah ini sangat besar sementara kita sedang berjuang untuk mengurangi malnutrisi seperti anemia dan stunting di masyarakat," papar Ravi dalam webinar JP2GI terbaru, belum lama ini.

(Baca juga: Sederhana, Rhoma Irama Kagumi Kepribadian Via Vallen )

Ikan merupakan pangan hewani bermutu protein tinggi yang sarat zat-zat gizi kontributor sistem imun tubuh. Untuk itu, sejak 2014, GAIN mendukung Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia melalui program Indonesia Post-Harvest Loss Alliance for Nutrition (IPLAN) meningkatkan akses terhadap makanan bergizi melalui pengurangan susut dan limbah pangan bergizi.

"Kami mendukung terbentuknya JP2GI, berbagi pembelajaran, dan mempromosikan riset, inovasi, dan pengembangan pasar dan produk pangan terkait susut hasil dan limbah pascapanen untuk perbaikan gizi masyarakat Indonesia. GAIN juga terus berupaya mempromosikan pentingnya kolaborasi untuk menurunkan susut hasil dan limbah pangan pascapanen dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 12.3.1 yaitu mengurangi hingga setengah susut dan limbah pangan pada tahun 2030," terang Senior Program Manager IPLAN, Rahmi Kasri.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1715 seconds (0.1#10.140)